ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ENDOKARDITIS
oleh:
Ria Rohma Wati NIM 112310101015
Ratna Lauranita Anggraeni NIM 112310101029
Ayesie Natasa Zulka NIM 112310101032
Silvi Anita Uslatu Rodyah NIM 112310101035
Wahyu Elok Pambudi NIM 112310101043
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ENDOKARDITIS
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IA
oleh:
Ria Rohma Wati NIM 112310101015
Ratna Lauranita Anggraeni NIM 112310101029
Ayesie Natasa Zulka NIM 112310101032
Silvi Anita Uslatu Rodyah NIM 112310101035
Wahyu Elok Pambudi NIM 112310101043
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasihNya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Dengan Pasien Endokarditis” yang diajukan sebagai persyaratan tugas akhir mata kuliah Ilmu Keperawatan Klinik IIA. Dalam proses pembuatan makalah ini kami telah dibantu berbagai pihak, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ns. Wantiyah, M. Kep, selaku penanggung jawab mata kuliah Ilmu Keperwatan Klinik IIA yang bersedia mendukung kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan lancar.
2. Yth. Ns. Wantiyah, M. Kep, selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar IA yang telah bersedia dengan sepenuh hati untuk memberikan nasihat dan masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
3. Teman-teman, yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pembaca agar makalah ini semakin sempurna.
Jember, November 2012 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PRAKATA iii
DAFTAR ISI iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1,1 Epidemiologi 1
1.2 Anatomi dan Fisiologi Jantung 1
BAB 2. KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 Definisi Endokarditis 3
2.2 Etiologi 4
2.3 Patofisiologi 4
2.4 Manifestasi Klinis 6
2.5 Prosedur Diagnostik 6
2.6 Penatalaksanaan Medis 7
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian 11
3.2 Diagnosa 14
3.3 Intervensi 15
3.4 Evaluasi 16
3.5 Discharge Planning 18
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan 19
4.2 Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, insidensi dari katub endokarditis murni sejumlah 1,7 sampai 6,2 kasus tiap 100.000 orang per tahun. Endocarditis infektif rata-rata tertinggi didapatkan pada pengguna obat secara intravena, dengan insidensi sekitar 150-2000 tiap 100000 orang pertahun. Risiko katup buatan pada infektif endocarditismenurun setelah implantasi katub dan risiko kumulatif sekitar 2 sampai 3 persen setelah 60 bulan.
Sejauh ini belum ada data epidemiologis penduduk tentang prevalensi atau insidensi penyakit endokarditis di Indonesia. Prevalensi yang ada hanya tentang jumlah perkiraan prevalensi endokarditis di masyarakat adalah sekitar 5/100.000 penduduk pertahun, dan meningkat menjadi 150-200/100.000 penduduk pertahun pada penyalahgunaan obatintravena.Endokarditis lebih sering terjadi pada orang dewasa. Sekitar 50% kasus yang ada terjadi pada pasien dengan umur diatas 50 tahun. Endokarditis lebih sering terjadi pada laki-laki disbanding dengan perempuan. Sedangkan pada anak-anak, endokarditis terjadi pada anak-anak dengan kelainan kongenital.
1.2 Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh yang berfungsi memompakan darah ke paru-paru dan seluruh tubuh. Jantung terdiri dari empat ruang yaitu atrium dekstra yang berfungsi menampung darah kaya CO2 dari seluruh tubuh dan mengalirkannya melalui katup trikuspidalis ke ventrikel dekstra. Ventrikel dekstra berfungsi menampung darah dari atrium dekstra dan memompakannya ke paru-paru. Selanjutnya atrium sinistra berfungsi untuk menampung darah kaya O2 dari paru-paru selanjutnya mengalirkannya melalui katup bikuspidalis ke ventrikel sinistra untuk selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh melalui aorta.
Kemudian selain terdiri Dario empat ruang, jantung tersusun dari beberapa lapisan, yaitu perikardium, miokardium, dan endokardium, berikut penjelasan mengenai masing-masing lapisan tersebut:
a. Perikardium
Pericardium merupakan kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum, dan pleura yang membungkus paru.
b. Miokardium
Miokardium merupakan lapisan tengah jantung yang terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah. Ketebalan miokardium ini bervariasi dari satu ruang jantung ke ruang jantung lainnya.kontraksi miokardium ini nantinya bias menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium
Merupakan lapisan dalam yang tersusun dari lapisan endotel; yang terletak di atas jaringan ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, dan menyambung dengan lapisan endotel yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung, (Sloanne, 2004).
BAB 2. KONSEP DASAR PENAKIT
2.1 Definisi Endokarditis
Endokarditis pertama kali ditemukan oleh Rivera tahun 1946. Endokarditis adalah infeksi permukaan endokardial yang biasanya meliputi dinding ventrikel, katup-katup jantung, dinding arteri besar, septum, yang ditandai dengan mudah terjadinya aggregasi dari trombin dan platelet yang disebut vegetasi, ini berisi makroorganisme (Japardi, tanpa tahun).
Endokarditis merupakan infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau organisme lain dan menyebabkan deformitas bilah katup (Muttaqin, 2009).
Endokarditis merupakan penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung, ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup jantung, namun dapat terjadi pada endokardium di tempat lain (Mansjoer, 2000).
Endokarditis pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu endokarditis rematik dan endokarditis infeksi. Endokarditis rematik merupakan endokarditis yang terjadi akibat demam rematik, yaitu suatu penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya tumbuhan kecil yang transparan, yang menyerupai manic dan ukurannya sebesar kepala jarum pentul, tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup, namun yang lebih sering mereka menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang bertahap menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkannya menjadi memendek dan menebal dibanding yang normal, (Suzanne, 2002).
Sedangkan endokarditis infeksi adalah infeksi katup dan permukaan endotel jantung yang disebabkan infeksi langsung dari bakteri atau organisme yang menyebabkan deformitas bilah katup, (Suzanne, 2002).
2.2 Etiologi
Endokarditis disebabkan oleh beberapa bakteri maupun mikroorganisme yang merupakan agen ifeksius yang menyerang lapisan jantung. Bakteri yang menyebabkan endokarditis antara lain:
1. streptococcus viridan’s alpha hemolytic, sumber berasal dari gigi
2. staphylococcus coagulase positiv
3. streptococcus faecalis, sumber bakteri berasal dari aborsi dan kateterisasi genitourinarius
4. enterococcus
5. group A beta Streptococcus hemolitikus
Organisme lain yang menyebabkan endokarditis adalah jamur atau fungi. Jamur atau fungi yang paling sering menginvasi adalah candida, aspergillus, dan histoplasma. Penyebab lainnya adalah coxiella burnetii yang menyebabkan demam Q.
2.3 Patofisiologi
1. Patofisiologi Endokarditis Rematik
Endokarditis rematik disebabkan oleh demam rematik yang ditimbulkan oleh reaksi sensitivitas terhadap bakteri streptokokus hemolitikus grup A. Reaksi sensitivitas terhadap bakteri ini menyebabkan inflamasi pada lapisan jantung yaitu miokardium, perikardium, dan endokardium. Leukosit darah yang berperan sebagai pertahanan tubuh akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan membentuk nodul. Pada endokardium, inflamasi yang terjadi mengenai bagian bilah jantung sehingga menyebabkan penebalan dan pemendekan pada katup jantung yang menyebabkan jantung tidak dapat menutup dengan sempurna. Katup jantung yang menutup tidak sempurna ini menyebabkan kebocoran yang disebut regurgitasi katup jantung. Namun apabila katup yang mengalami perlengketan satu sama lain maka hal ini akan menyebabkan stenosis katup sehingga mengakibatkan pasien dengan kasus seperti ini akan mengalami gagal jantung, disritmia, dan pneumonia rematik.
2. Endokarditis Infeksi
Endokarditis ini disebabkan oleh infeksi katup dan permukaan endotel jantung sebagai akibat dari invasi langsung bakteri, fungi, riketsia, dan streptokokus viridans sehingga menyebabkan deformitas bilah katup. Endokarditis ini juga bisa disebabkan oleh riwayat penyakit katup jantung pasien maupun riwayat melakukan tindakan invasif pada jantung. Selain itu endokarditis ini juga banyak menyerang manula akibat dari penurunan respon imunologis terhadap infeksi. Secara umum patofisiologi ini dapat dijelaskan sebagai berikut
Kuman paling sering masuk melalui saluran napas bagian atas selain itu juga melalui alat genital dan saluran pencernaan, serta pembuluh darah dan kulit. Endokard yang rusak dengan permukaannya tidak rata mudah sekali terinfeksi dan menimbulakan vegetasi yang terdiri atas trombosis dan fibrin. Vaskularisasi jaringan tersebut biasanya tidak baik, sehingga memudahkan mikroorganisme berkembang biak dan akibatnya akan menambah kerusakan katub dan endokard, kuman yang sangat patogen dapat menyebabkan robeknya katub hingga terjadi kebocoran. Infeksi dengan mudah meluas ke jaringan sekitarnya, menimbulkan abses miokard atau aneurisme nekrotik. Bila infeksi mengenai korda tendinae maka dapat terjadi ruptur yang mengakibatkan terjadinya kebocoran katup
Pembentukan trombus yang mengandung kuman dan kemudian lepas dari endokard merupakan gambaran yang khas pada endokarditis infeksi. Besarnya emboli bermacam-macam. Emboli yang disebabkan jamur biasanya lebih besar, umumnya menyumbat pembuluh darah yang besar pula. Tromboemboli yang terinfeksi dapat teranggkut sampai di otak, limpa, ginjal, saluran cerna, jantung, anggota gerak, kulit, dan paru. Bila emboli menyangkut di ginjal. akan meyebabkan infark ginjal, glomerulonepritis. Bila emboli pada kulit akan menimbulkan rasa sakit dan nyeri tekan.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis atau tanda dan gejala yang muncul akibat endokarditis adalah:
1. Embolisasi pertumbuhan vegetatif jantung yang disebabkan oleh toksisitas infeksi akibat bakteri maupun organisme yang menyerang jantung
2. keluhan umum yang dirasakan adalah malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri punggung dan persendian
3. demam intermiten
4. hemoragi splinter dibawah kuku jari dan jari kaki, peteki pada konjungtiva dan membran mukus
5. munculnya bintik roth
6. manifestasi pada jantung yang dialami adalah kardiomegali, gagal jantung kongestif, dan bising jantung yang menginikasikan kerusakan pada katup
7. manifestasi pada sistem saraf yaitu, sakit kepala, iskemia serebal transien, lesi neurologis fokal, dan stroke
8. emboli yang dapat menyebabkan pneumoni kambuhan, dan abses paru yang selanjutnya mengakbatkan sesak napas, krekels, dan mengi. sedangkan pada ginjal hematuria dan gagal ginjal.
2.5 Prosedur Diagnostik
Prosedur diagnostic yang dapat dilakukan pada kasus endokarditis ini antara lain:
1. Gejala umum
Demam dapat berlangsung terus-menerus retermiten / intermiten atau tidak teratur sama sekali. Suhu 38-40 C terjadi pada sore dan malam hari, kadang disertai menggigil dan keringat banyak. Anemia ditemukan bila infeksi telah berlangsung lama. pada sebagian penderita ditemukan pembesaran hati dan limpha.
2. Gejala Emboli dan Vaskuler
Ptekia timbul pada mukosa tenggorok, muka dan kulit (bagian dada). umumya sukar dibedakan dengan angioma. Ptekia di kulit akan berubah menjadi kecoklatan dan kemudian hilang, ada juga yang berlanjut sampai pada masa penyembuhan. Emboli yang timbul di bawah kuku jari tangan (splinter hemorrhagic).
3. Gejala Jantung
Tanda-tanda kelainan jantung penting sekali untuk menentukan adanya kelainan katub atau kelainan bawaan seperti stenosis mitral, insufficiency aorta, patent ductus arteriosus (PDA), ventricular septal defect (VCD), sub-aortic stenosis, prolap katub mitral. Sebagian besar endokarditis didahului oleh penyakit jantung, tanda-tanda yang ditemukan ialah sesak napas, takikardi, palpasi, sianosis, atau jari tabuh (clubbing of the finger). Perubahan murmur menolong sekali untuk menegakkan diagnosis, penyakit yang sudah berjalan menahun, perubahan murmur dapat disebabkan karena anemia . Gagal jantung terjadi pada stadium akhir endokarditis infeksi, dan lebih sering terjadi pada insufisiensi aorta dan insufisiensi mitral, jarang pada kelainan katub pulmonal dan trikuspid serta penyakit jantung bawaan non valvular .
2.6 Penatalaksanaan Medis
Penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotika intravena dosistinggi. Pemberian antibiotika saja tidak cukup pada infeksi katup buatan. Mungkin perlu dilakukan pembedahan jantung untuk memperbaiki atau mengganti katupyang rusak dan membuang vegetasi. Endokarditis infektif dengan vegetasi ukurankurang dari 1 cm biasanya akan sembuh dengan pemberian antibiotika selama 4-6minggu. Sedangkan untuk vegetasi yang berukuran lebih dari 1 cm dan tidak respon terhadap pemberian antibiotika selama 3 minggu biasanya memerlukanterapi pembedahan. Terapi dan prognosis pada endokarditis bergantung padakeadaan yang mendasari terjadinya endokarditis dan sensitifitas organismeterhadap jenis antibiotika tertentu
Selain beberapa hal diatas terdapat pula penatalaksanaan lainnya seperti:
1. pemberian antibiotik sesuai dengan bakteri yang menyerang pada endokarditis (contoh : penisilin G pada streptococus)
2. pemberian obat-obatan apabila terjadi gagal jantung seperti digitalis, diuretic, dan vasodilator
3. Pembedahan
Tindakan pembedahan dilakukan apabila:
a. Terjadi komplikasi gagal jantung kongestif
b. Terdapat tanda-tanda disfungsi katup prostetik dari penilaianekokardiografi trans-esofageal
c. Vegetasi yang besar
d. Emboli sistemik yang berulang
e. Aneurisma katup mitral
f. Abses pada katup atau endokard jantung.
g. Sepsis yang sulit diatasi
h. Terjadi relaps setelah pemberian terapi yang adekuat
Sasaran pengobatan adalah eradikasi total organism penyerang melalui dosis adekuat agen antimicrobial yang sesuai
a. isolasikan organism penyebab melalui seri kultur darah. Kultur darah dilakukan untuk memantau perjalanan terapi
b. setelah pemulihan dari prosese infeksi, kerusakan katp serius mungkin membutuhkan penggantian katup
c. suhu tubuh pasien dipantau untuk keefektifan pengobatan, (Dianne, 2000).
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian awal
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi:
a. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, agama, alamat.
b. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan klien saat pengkajian yaitu nyeri,demam tinggi, sesak nafas.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit yang diketahui dari pasien endokarditis adalah adanya nafas pendek, kelemahan, demam tinggi, nyeri pada dada dan tidak khas, adanya tanda kemerahan di kulit tangan dan kaki
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit dahulu yang sering dialami pasien adalah mempunyai riwayat penyakit demam rematik
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit yang menurun atau menular.
3.1.3 Pengkajian Menurut Gordon
a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
1) Status kesehatan, status promosi dan praktek pencegahan kesehatan, persepsi pengobatan atau perawawatan, follow up perawatan.
DO: Pasien terlihat cemas, dan tidak bersemangat
DS: Pasien mengatakan bahwa ia baru pertama kali mengalami sakit yang seperti ini dan hanya mengobati dengan obat toko
2) Keamanan / proteksi : bahaya lingkungan, sumber-sumber yang potensial menimbulkan cidera fisik, terpapar dengan penyakit menular dan pathogen, alergi, daya tahan tubuh dan respon terhadap pathogen.
DO: catatan medis pasien meliputi: riwayat penyakit seperti demam rematik
DS: Keluarga pasien mengatakan tentang kebiasaan pasien seperti merokok , selain itu keluarga pasien juga mengatakan tentang kondisi lingkungan yang kotor , dan Pasien mengatakan bahwa ia sering terkena batuk dan sulit sembuh
b. Nutrisi – metabolik
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
1) Konsumsi makanan dan cairan tipe dan kuantitas, dari makanan dan cairan, jenis makanan, waktu makan, diet khusus.
DO: Badan pasien tampak kurus, BB pasien tidak ideal
DS: Pasien mengatakan mengenai kebiasaan makan pasien yang buruk seperti mengonsumsi alkohol dan kebiasaan makan makanan yang kurang bersih
2) Status cairan, kulit, integritas jaringan dan thermoregulasi
DO: Suhu tubuh pasien 39, kulit pucat, Kulit tampak kering
DS: Pasien mengeluh demam
c. Eliminasi
Hal yang perlu dikaji: pola BAB, BAK, fungsi ekskresi kulit, penggunaan alat untuk eliminasi
DO: urine pasien normal,
DS: Pasien mengatakan bahwa ia jarang makan sehingga jarang BAB
d. Aktivitas / latihan
Hal-hal yang perlu dikaji:
1) Pola latihan, ADL, aktifitas waktu luang, / rekreasi, keseimbangan energi, focus pada aktifitas yg penting
DO: pasien tampak lemah, Pasien dipapah oleh keluarga saat di rumah sakit
DS: Pasien mengatakan bahwa ia merasa cepat lelah, dan sesak saat beraktivitas
2) Status kardiopulmonal dan pengaruhnya terhadap aktifitas
DO: RR > 20, nadi teraba lemah
DS: Pasien mengatakan lelah saat beraktivitas, pasien merasa sesak
e. Istirahat / tidur
Hal yang perlu dikaji: frekwensi dan durasi periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur.
DS: pasien sering terbangun saat malam hari karena nyeri dan sesak
f. Kognitif / perceptual
Hal yang perlu dikaji: fungsi sensori ( pendengaran, penglihatan, perasa, pembau, perabaan ) kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif ( bahasa, memori, penilaian, pengambilan keputusan ).
DO: Pasien tampak memegangi dadanya, skala nyeri 10
DS: Pasien mengatakan bahwa dadanya sering terasa nyeri
g. Persepsi diri / konsep diri
Hal yang perlu dikaji: perasaan harga diri secara umum, sikap tentang dirinya, identitas diri, pola emosional umum.
DS: Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa takut mengenai penyakitnya
h. Peran /hubungan
Hal yang perlu dikaji: peran kelurga dan peran social, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran, persepsi terhadap peran yang terbesar dalam hidup
DS: Keluarga mengatakan bahwa selama sakit pasien tidak bekerja dan jarang keluar rumah
i. Seksual / reproduksi
Hal yang perlu dikaji: focus pasutri terhadap kepuasan atau ketidakpuasan dengan seks, pola reproduksi ; menstruasi
DS: Pasien mengatakan bahwa selama sakit pasien jarang melakukan hubungan intim dengan suami / istri.
j. Koping /toleransi stress
Hal yang perlu dikaji: metode untuk mengatasi atau kooping terhadap stress, mendefinisakan stressor, toleransi terhadap stress, efektifitas koping.
DS: Pasien mengatakan pasien merasa frustasi dengan penyakitnya yang sulit untuk diobati
k. Nilai / kepercayaan
Hal yang perlu dikaji: nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan dengan pilihan, atau membuat keputusan, kepercayaan spiritual, issu tentang hidup yang penting, hubungan antara pola nilai kepercayaan dengan masalah dan praktek kesehatan.
DS: Pasien mengatakan bahwa kebutuhan spiritual pasien terganggu selama sakit.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Respirasi : (B1: Breathing)
data subyektif:
Napas pendek ,memburuk pada malam hari
data obyektif:
a. Dyspnea nocturnal
b. Batuk
c. Inspirasi wheezing
d. Takipnea
e. creackles dan ronchi lemah
f. Respirasi lambat
2. Sirkulasi (B2: blood)
data subyektif :
a. Mempunyai riwayat demam rematik, keturunan penyakit jantung, pernah operasi jantung, by-pass sering berdebar
data obyektif :
a. Takikardi, disritmi , friction rub perikardia, murmur, disfungsi otot-otot papila,irama gallop S3/S4 , edem
b. Peningkatan vena jugularis,ptekia (konjungtiva dan membran mukus)
c. Perdarahan pada bagian tertentu
d. Osler’s nodes pada jari/jari kaki
e. Janeway lessions (telapak tangan,dan kaki)
3. Persyarafan (B3: Brain): biasanya composmentis
4. Perkemihan (B4: Bladder):
data subyektif :
a. Riwayat penyakit ginjal atau gagal ginjal
b. Riwayat frkwensi pemasukkan urin menurun
data obyektif :
Konsentrasi urine keruh/pekat
5. Pencernaan (B5:Bowel):
6. Aktivitas/istirahat :
data subyektif : Keletihan, kelemahan
data obyektif :
a. Takikardia
b. Tekanan darah menurun
c. Dispnoe pada saat aktivitas
3.1.5 Pemeriksaan penunjang
1. EKG menunjukkan adanya iskemia, hipertropi, blok konduksi, disritmia (elevasi ST), PR depresi
2. Echocardiografi: adanya efusi perikardial, hipertropi perikardial, disfungsi katub, dilatasi atrium
3. Enzim jantung: peningkatan CPK, tapi MB inzuenzim tidak ada
4. Rontgen: terlihat pembesaran jantung, infiltrat pulmonal
5. Kultur darah : untuk mengisolasi penyebab bakteri , virus dan jamur
6. BUN: mengevaluasi uremia (kemungkinan faktor pencetus)
3.1.6 Prioritas keperawatan:
1. Timbulnya nyeri
2. Peningkatan istirahat dan membantu perawatan diri
3. Kaji pengobatan / penyebab yang mendasari
4. Mengatur sistim penyakit yang mendasari/ dan mencegah komplikasi
5. Petunjuk penyebab penyakit, pengobatan dan pencegahan
3.1.7 Tujuan Intervensi:
1. Nyeri dapat dikontrol
2. Tingkat aktifitas (kebutuhan dasar) dapat dipenuhi
3. Infeksi dapat dikontrol : tidak terjadi demam
4. Mempertahankan hemodinamik yang stabil; bebas keluhan payah jantung
5. Perubahan gaya jantung
3.2 Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan keterbatasan pengisian jantung/konstraktilitas ventricular, disritmia dan peningkatan kerja ventricular
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigenasi akibat pengisian jantung yang tidak adekuat
3. Ketidakefektifan pola nafas berhunbungan dengan penurunan suplai darah dari jantung dan penurunan ekspansi paru karena edema pada paru
4. gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan (agen biologis)
5. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap pandangan diri sendiri ( perubahan status kesehatan)
6. gangguan konsep diri berhubungan dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitas
7. hipertermi berhubungan dengan adanya inflamasi
8. gangguan pola tidur berhubungan pernapasan saat tidur
9. intake nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidaknyamanan saat makan (sesak dan cemas)
3.3 Intervensi
Gangguan rasa nyaman: nyeri
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan menggunakan skala nyeri.
b. Berikan lingkungan yang nyaman pada pasien.
c. Ajarkan teknik relaksasi pada pasien untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Batasi aktivitas pada pasien.
e. Kolaborasikan pemberian analgesik sesuai indikasi pada pasien.
Ketidakefektifan pola nafas
a. Pantau kecepatan irama, kedalaman, dan usaha respirasi pada pasien.
b. Berikan pasien posisi yang nyaman dan optimal untuk bernafas.
c. Ajarkan pasien untuk relaksasi
d. Instruksikan kepada pasien atau keluarga bahwa mereka harus memberi tahu perawat pada saat terjadi ketidakefektifan pola pernafasan.
e. Kolaborasikan pemberian tindakan nebulizer dan oksigenasi sesuai dengan program.
Gangguan pola tidur
a. Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan faktor-faktor fisik dan psikologis yang mengganggu pola tidur pasien.
b. Bantu pasien untuk mengurangi faktor-faktor yang memungkinkan mengganggu pola tidur.
c. Fasilitasi pasien untuk mempertahankan rutinitas tidurnya.
d. Ajarkan pasien untuk tidak makan dan minum yang dapat mengganggu pola tidurnya.
e. Lakukan pengaturan posisi yang nyaman pada pasien untuk mengoptimalkan pola tidurnya.
3.4 Evaluasi
Evaluasi diagnosa 1
S: Pasien berkata, “Sus, saya merasa nyeri dada yang saya rasakan sudah agak mendingan, dan saya sudah dapat berjalan sendiri”
O: Turgor kulit pasien mulai kembali ke keadaan normal
A: Curah jantung pasien mulai membaik
P:Intervensi dilanjutkan dan di modifikasi
Evaluasi Diagnosa 2
S: pasien berkata, “Sus, sekarang saya sudah dapat berjalan sendiri’
O: Pasien dapat berjalan sendiri dengan kecapatan yang lambat
A: Intoleransi aktivitas pasien teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan untuk pelatihan mobilisasi fisik
Evaluasi Diagnosa 3
S: Pasien berkata: “Sus, saya masih merasa sesak”
O: Pasien nampak terengah-engah
A: Pasien belum bisa batuk efektif
P: Intervensi dilanjutkan untuk pengajaran batuk efektif pada pasien
Evaluasi Diagnosa 4
S: Pasien berkata, “Sus, nyeri yang saya rasakan sudah agak mendingan”
O: Pasien tidak memegang dadanya lagi
A: Nyeri yang dirasakan pasien sudah dalam kategori ringan
P: Intervensi dilanjutkan dan dimodifikasi
Evaluasi Diagnosa 5
S: Pasien berkata, “Sus, saya takut dengan penyakit ini dan saya takut tidak dapat sembuh”
O: Pasien terlihat gelisah
A: Pasien belum bisa mengatasi kecemasan yang dialami
P: Intervensi dilanjutkan pemberian teknik relaksasi pada pasien
Evaluasi Diagnosa 6
S: pasien berkata, “Sus, saya malu dengan istri saya karena saya tidak dapat mencari nafkah”
O: Pasien terlihat cemas dan gelisah
A: Masalah konsep diri pasien belum teratasi
P: Intervensi dimodifikasi dengan pemberian konsultasi dan pendidikan kepada pasien
Evaluasi Diagnosa 7
S: Pasien berkata, “Sus, saya merasa suhu badan saya sudah turun”
O: Suhu badan pasien 370C
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
Evaluasi Diagnosa 8
S: Pasien berkata: “Sus, tadi malam saya tidak bisa tidur”
O: Mata pasien terlihat kehitaman, pasien nampak lelah dan sering menguap
A: Pasien masih belum bisa mengembalikan pola tidurnya
P: Intervensi 1,2,3,4,5 dilanjutkan dan dimodifikasi
Evaluasi Diagnosa 9
S: pasien berkata, “Sus, saya sekarang sudah merasa enak makan”
O: Porsi makan pasien habis
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
3.5 Discharge Planning
1. Berikan informasi kepada pasien tentang adanya resiko tinggi untuk terjadinya kekambuhan
2. Berikan informasi yang diperlukan untuk deteksi dini dan pencegahan penyakit
3. Instruksikan pasien untuk memberikan informasi kepada tenaga kesehatan, termasuk dokter gigi, riwayat endokarditis mereka, karena mereka mungkin membutuhkan terapi antibiotik profilaksis untuk mencegah kekambuhan
4. Pastikan pasien mengerti semua obat, termasuk dosis, rute, reaksi, dan efek samping. Anjurkan pasien untuk mencari bantuan medis segera jika terjadi efek samping.
5. Pastikan pasien atau keluarga pasien dapat menunjukkan metode yang tepat dalam administrasi obat-obatan atau antibiotik.
6. Anjurkan pasien pada kateter infus perawatan situs yang tepat, serta tanda-tanda infiltrasi.
7. Mendorong kebersihan mulut yang baik, dan menyarankan pasien untuk menggunakan sikat gigi yang lembut dan sikat setidaknya dua kali sehari.
8. Ajarkan pasien untuk menghindari perangkat irigasi dan flossing.
9. Ajarkan pasien untuk memonitor dan mengukur suhu setiap hari pada waktu yang sama.
10. Anjurkan pasien untuk mengambil antipiretik sesuai dengan perintah
11. Anjurkan pasien untuk melaporkan tanda-tanda gagal jantung dan embolisasi, serta demam terus, menggigil, kelelahan, malaise, atau penurunan berat badan.
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Endokarditis adalah suatu penyakit yang disebabkan infeksi langsung bakteri atau organisme lain pada lapisan endotel jantung, yang ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup jantung, namun dapat terjadi pada endokardium di tempat lain. Infeksi endokarditis biasanya terjadi pada jantung yang telah mengalami kerusakan. Penyakit ini didahului dengan endokarditis, biasanya berupa penyakit jantung bawaan, maupun penyakit jantung yang didapat.
Endokarditis tidak hanya terjadi pada endokard dan katub yang telah mengalami kerusakan, tetapi juga pada endokard dan katub yang sehat, misalnya penyalahgunaan narkotik perintravena atau penyakit kronik.
4.2 Saran
Agar dalam memberi asuhan keperawatan menjadi lebih efektif, sebaiknya perawat lebih mengeksplorasi pengetahuannya mengenai penyakit endokarditis sehingga diharapkan perawat dapat membantu pasien dalam proses mencapai kesembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
adnan hasyim malahela 2011. makalah online FK sriwijaya. http://www.scribd.com/doc/69425755/Makalah-Endokarditis-IKM [Kamis, 29 November, 08.00]
Baughman,Diane C.2000.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
sloanne, ethel.2004. anatomi dan fisiologi untuk pemula.jakarta:EGC
Smeltzer,Suzanne C.2002 Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC
Baradero,Mary et all.2008.Klien dengan Gangguan Kardiovaskular.Jakarta:EGC
Rubenstein, David et all.2003.Lecture Note: Kedokteran Klinis.Jakarta:Erlangga
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق